KONSEP
PENYAKIT HIPERMETROPI
MAKALAH
Diajukan
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah (KMB)
Disusun
oleh:
Nela
Astria Febriani
NIM
13.096
2
C
AKADEMI
KEPERAWATAN
PEMERINTAH
KABUPATEN SUMEDANG
2014
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Konsep Penyakit
Hipermetropi”.
Dalam
Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan
demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam
penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan penulisan
makalah ini.
Akhirnya
penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang
telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai
ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.
Sumedang, September 2014,
Penyusun
Daftar
Isi
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1
A.LATAR
BELAKANG.................................................................................. 1
B.RUMUSAN
MASALAH.............................................................................. 1
C.TUJUAN
PENULISAN................................................................................ 2
D.MANFAAT
PENULISAN............................................................................ 2
BAB II TINJAUAN TEORITIS.................................................................... 3
A.KONSEP
PENYAKIT.................................................................................. 3
1.Pengertian
Hipermetropi................................................................................. 3
2.Etiologi............................................................................................................ 3
3.Simpton........................................................................................................... 4
4.Data
Penunjang............................................................................................... 5
5.Patofisiologi.................................................................................................... 5
6.Komplikasi...................................................................................................... 5
7.Klasifikasi........................................................................................................ 6
B.KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN...................................................... 7
BAB III PENUTUP......................................................................................... 12
A.KESIMPULAN............................................................................................. 12
B.SARAN.......................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Mata merupakan salah satu panca indera yang sangat
penting bagi kehidupan manusia dan penglihatan merupakan hal yang sangat
penting dalam menentukan kualitas hidup manusia. Tanpa mata, manusia mungkin
tidak dapat melihat sama sekali apa yang ada disekitarnya. Dalam penglihatan,
mata mempunyai berbagai macam kelainan refraksi. Kelainan refraksi atau yang
sering disebut dengan ametropia tersebut, terdiri dari miopia, hipermetropia,
dan astigmatisme. Kelainan refraksi merupakan gangguan yang banyak terjadi di
dunia tanpa memandang jenis kelamin, usia, maupun kelompok etnis.
Kelainan refraksi merupakan kelainan pada mata yang
paling umum. Hal ini terjadi apabila mata tidak mampu memfokuskan bayangan
dengan jelas, sehingga penglihatan menjadi kabur, dimana kadang-kadang keadaan
ini sangat berat sehingga menyebabkan kerusakan pada penglihatan.
Tiga kelainan refraksi yang paling sering dijumpai yaitu
miopia, hipermetropia, dan astigmatisme. Namun, yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu hanya
hipermetropi saja.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari penyakit
hipermetropi?
2. Seperti apa etiologi penyakit
hipermetropi?
3. Seperti apa simpton atau tanda dan
gejala penyakit hipermetropi?
4. Apa saja data penunjang penyakit
hipermetropi?
5. Seperti apa patofisiologi penyakit
hipermetropi?
6. Seperti apa komplikasi penyakit
hipermetropi?
7. Apa saja klasifikasi penyakit
hipermetropi?
C.
Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui seperti apa
penyakit hipermetropi.
2. Untuk mengetahui etiologi penyakit
hipermetropi.
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala
atau simpton dari penyakit hipermetropi.
4. Untuk mengetahui apa saja yang
menjadi data penunjang penyakit hipermetropi.
5. Untuk mengetahui patofisiologi
penyakit hipermetropi.
6. Untuk mengetahui komplikasi apa saja
yang terjadi pada penyakit hipermetropi.
7. Untuk mengetahui klasifikasi
penyakit hipermetropi.
D.
Manfaat Penulisan
1. Bagi penulis, untuk menambah
pengetahuan mengenai penyakit hipermetropi.
2. Bagi pembaca, untuk menambah
pengetahuan dan sebagai acuan untuk menulis makalah.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.
Konsep
Penyakit
1.
Pengertian
Hipermetropi
Hipermetropi
atau rabun dekat adalah cacat mata yang mengakibatkan seseorang tidak dapat
melihat benda pada jarak dekat. Titik dekat penderita rabun dekat akan
bertambah, tidak lagi sebesar 25 cm tapi mencapai jarak tertentu yang lebih
jauh. Penderita rabun dekat hanya dapat melihat benda pada jarak yang jauh.
Mata
hipermetropi disebabkan oleh keadaan fisik lensa mata yang terlalu pipih atau
tidak dapat mencembung dengan optimal, oleh sebab itu bayangan yang dibentuk
lensa mata jatuh di belakang retina. Rabun dekat dapat tolong menggunakan kaca
mata lensa cembung, yang berfungsi untuk mengumpulkan sinar sebelum masuk mata,
sehingga terbentuk bayangan yang tepat jatuh di retina.
2.
Etiologi
Penyebab dari hipermetropi adalah
sebagai berikut :
a. Sumbu utama bola mata yang terlalu
pendek
Biasanya terjadi karena
Mikropthalmia, renitis sentralis, arau ablasio retina (lapisan retina lepas
lari ke depan sehingga titik fokus cahaya tidak tepat dibiaskan).
b. Daya pembiasan bola mata yang
terlalu lemah
Terjadi gangguan-gangguan refraksi pada kornea, aqueus
humor, lensa dan vitreus humor. Gangguan yang dapat menyebabkan hipermetropi
adalah perubahan pada komposisi kornea dan lensa sehingga kekuatan refraksi
menurun dan perubahan pada komposisi aqueus humor dan viterus humor. Misal pada
penderita Diabetes Melitus terjadi hipermetopi jika kadar gula darah di bawah
normal
c.
Kelengkungan
kornea dan lensa tidak adekuat
Kelengkungan
kornea ataupun lensa berkkurang sehingga
bayangan difokuskn di belakang retina.
d. Perubahan posisi lensa
Dalam
hal ini, posisi lensa menjadi lebih posterior.
3.
Simpton
Tanda dan
gejala orang yang terkena penyakit rabun dekat secara obyektif klien susah melihat jarak dekat atau
penglihatan klien akan rabun dan tidak jelas. Sakit kepala frontal. Semakin
memburuk pada waktu mulai timbul gejala hipermetropi dan sepanjang penggunaan
mata dekat.
a. Penglihatan tidak nyaman
(asthenopia)
Terjadi ketika harus fokus pada
suatu jarak tertentu untuk waktu yang lama.
b. Akomodasi akan lebih cepat lelah
terpaku pada suatu level tertentu dari ketegangan.
c. Bila 3 dioptri atau lebih, atau pada
usia tua, pasien mengeluh penglihatan jauh kabur.
d. Penglihatan dekat lebih cepat buram,
akan lebih terasa lagi pada keadaan kelelahan, atau penerangan yang kurang.
e. Sakit kepala biasanya pada daerah
frontal dan dipacu oleh kegiatan melihat dekat jangka panjang. Jarang terjadi
pada pagi hari, cenderung terjadi setelah siang hari dan bisa membaik spontan
kegiatan melihat dekat dihentikan.
f. Eyestrain
g. Sensitive terhadap cahaya
h. Spasme akomodasi, yaitu terjadinya cramp
m. ciliaris diikuti penglihatan buram intermiten
4.
Data Penunjang
Pemeriksaan
penunjang adalah ophtalmoscope.
5.
Patofisiologi
Diameter
anterior posterior bola mata yang lebih pendek, kurvatura kornea dan lensa yang
lebih lemah, dan perubahan indeks refraktif menyebabkan sinar sejajar yang datang
dari objek terletak jauh tak terhingga di biaskan di belakang retina.
6.
Komplikasi
Komplikasi
yang dapat terjadi adalah esotropia dan glaucoma. Esotropia atau juling ke
dalam terjadi akibat pasien selamanya melakukan akomodasi. Glaukoma sekunder
terjadi akibat hipertrofi otot siliar pada badan siliar yang akan mempersempit
sudut bilik mata.
7.
Klasifikasi
a. Hipermetropia manifest
Adalah hipermetropia yang dapat dikoreksi dengan kacamata positif
maksimal yang memberikan tajam penglihatan normal. Hipermetropia ini terdiri
atas hipermetropia absolut ditambah dengan hipermetropia fakultatif.
Hipermetropia manifes didapatkan tanpa siklopegik dan hipermetropia yang dapat
dilihat dengan koreksi kacamata yang maksimal.
b. Hipermetropia Absolut
Dimana kelainan refraksi tidak diimbangi dengan akomodasi
dan memerlukan kacamata positif untuk melihat jauh. Biasanya hipermetropia
laten yang ada berakhir dengan hipermetropia absolut ini. Hipermetropia manifes
yang tidak memakai tenaga akomodasi sama sekali disebut sebagai hipermetropia
absolut, sehingga jumlah hipermatropia fakultatif dengan hipermetropia absolut
adalah hipermetropia manifes.
c. Hipermetropia Fakultatif
Dimana kelainan hipermatropia dapat diimbangi dengan
akomodasi ataupun dengan kaca mata positif. Pasien yang hanya mempunyai
hipermetropia fakultatif akan melihat normal tanpa kaca mata yang bila
diberikan kaca mata positif yang memberikan penglihatan normal maka otot
akomodasinya akan mendapatkan istrahat. Hipermetropia manifes yang masih
memakai tenaga akomodasi disebut sebagai hipermetropia fakultatif.
d. Hipermetropia Laten
Dimana kelainan hipermetropia tanpa siklopegi ( atau dengan
obat yang melemahkan akomodasi) diimbangi seluruhnya dengan akomodasi.
Hipermetropia laten hanya dapat diukur bila siklopegia. Makin muda makin besar
komponen hipermetropi laten seseorang. Makin tua seseorang akan terjadi
kelemahan akomodasi sehingga hipermetropia laten menjadi hipermetropia
fakultatif dan kemudian akan menjadi hipermetropia absolut. Hipermetropia laten
sehari-hari diatasi pasien dengan akomodasi terus menerus, teritama bila pasien
masih muda dan daya akomodasinya masih kuat.
e. Hipermetropia Total
Hipermetropia yang ukurannya didapatkan sesudah diberikan siklopegia.
B.
Konsep Asuhan Keperawatan
- Pengkajian
- Pengumpulan data
1) Biodata
·
Nama
·
Usia
·
Jenis kelamin
·
Alamat
·
Suku / bangsa
·
Status pernikahan
·
Agama / keyakinan
·
Pekerjaan
·
Diagnosa medik
·
No. medical record
·
Tanggal masuk
·
Tanggal
pengkajian
2) Penanggung
jawab
· Nama
· Usia
· Jenis kelamin
· Pekerjaan
· Hubungan dengan klien
- Riwayat Kesehatan
1) Riwayat
kesehatan sekarang
· Keluhan Utama
Klien mengeluh
susah membaca pada jarak dekat.
·
Riwayat Keluhan Utama
Pada saat
dilakukan pengkajian klien susah membaca pada jarak dekat, keluhan ini
dirasakan sudah lama, makin hari penglihatanya makin menurun, klien juga tidak
mengetahui penyebap matanya kabur. Dan Upaya yang dilakukan klien untuk
mengurangi keluhannya yaitu menjauhkan bahan bacaan, dan yang memperberat yaitu
ketika membaca dalam waktu yang lama klien mengalami pusing dan sakit kepala,
dengan skala 3 (0-5).
2) Riwayat
kesehatan lalu
· Klien tidak ada
riwayat alergi terjadap makanan dan obat - obatan.
· Klien tidak
pernah mengkonsumsi minuman beralkohol dan klien tidak merokok.
3)
Riwayat kesehatan keluarga
Menurut klien tidak ada anggota keluarga yang mengalami
penyakit yang sama dengan klien.
- Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
klien : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda-tanda
vital :
Suhu : 37,50 c
Nadi : 100
X/Menit
Pernafasan : 20 X/Menit
Tekanan darah : 120/80 mmHg
2) Sistem
pernafasan
Bentuk hidung
simetris, tidak terdapat sekret, mukosa hidung kering, tidak ada nyeri tekan
pada hidung, tidak ada pernapasan cuping hidung, bentuk leher simetris, tidak
ada benjolan atau massa, bentuk dada simetris, pernapasan 20 X/Menit, tidak
terdengar suara napas tambahan, tidak ada retraksi otot - otot dada.
3) Sistem
kardiovaskuler
Bunyi jantung
reguler, perkusi jantung pekak, palpasi denyut nadi terdengar atau teraba jelas
100 X/Menit, tekanan darah 120/80 mmHg CRT<2 detik, tidak ada pembesaran
area jantung.
4) Sistem pencernaan
Bentuk lembap,
tidak ada stomatitis, jumlah gigi lengkap (32), lidah bebas bergerak, refleks
menelan baik, terdengar peristaltik usus 8x/menit, tidak ada nyeri tekan pada
abdomen, tidak teraba pembesaran hepar dan lien, terdengar bunyi timpani.
5) Sistem indra
·
Mata
Kesulitan membaca tulisan dengan huruf
yang kecil, menjauhkan bacaan pada saat membaca, mampu
membedakan warna, bisa menggerakan bola mata kesegala arah, mata tampak bersih,
tidak ada nyeri tekan.
·
Hidung
ü Mampu
membedakan berbagai macam aroma.
ü Tidak ada
sekret.
·
Telinga
Tampak simetris, tidak terdapat udem telinga, tidak ada
sekret dan bau pada telinga, mampu membedakan bunyi, Telinga tampak bersih,
tidak ada nyeri tekan pada telinga.
6) Sistem
muskuloskeletal
· Ekstremitas
Atas
Bentuk simetris
kiri dan kanan, pergerakan bebas, kekuatan otot 4/4
· Ekstremitas
Bawah
Bentuk simetris
kiri dan kanan, pergerakan bebas, kekuatan otot 4/4
7) Sistem
integumen
Warna rambut
hitam, penyebaran merata, bersih, tidak mudah rontok, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada udema, kuku bersih, suhu 37,5o c.
8) Sistem
perkemihan
Tidak teraba
adanya pembesaran ginjal, tidak ada distensi kandung kemih.
- Pengelompokan data
Data subyektif
:
· Klien
mengatakan susah membaca huruf pada jarak dekat
· Klien
mengatakan apabila lama membaca dia sering pusing dan sakit kepala.
· Klien sering
menanyakan tentang penyakitnya.
Data obyektif :
· Klien tampak
cemas dan gelisah
· Gangguan nervus
II (Optikus)
· Kesulitan
membaca huruf pada jarak dekat
· Menjauhkan bacaan pada saat membaca
· Fungsi
penglihatan menurun pada jarak dekat
· Skala nyeri 3
(0-5)
- Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa
nyaman nyeri berhubungan dengan kelelahan otot – otot penggerak lensa yang
ditandai dengan :
Ds :
· Klien
mengatakan apabila lama membaca dia sering pusing dan sakit kepala
Do :
· Skala nyeri 3
(0-5)
· Ekspresi wajah
tampak meringis.
b. Ansietas
berhubungan dengan perubahan status kesehatan yang ditandai dengan :
Ds :
· Klien sering
menanyakan tentang penyakitnya
Do :
· Klien tampak
cemas dan gelisah
- Perencanaan
Tujuan
|
Intervensi
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama tiga hari, nyeri berangsur-angsur
berkurang dengan criteria :
-
Klien mengatakan nyeri berkurang
-
Ekspresi wajah tenang
Nyeri skala 2
(0-5
|
Kolaborasi
dengan dokter dalam pemberian obat analgesik
observasi
keadaan,intensitas nyeri, dan tanda-tanda vital.
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama tiga hari, sedikit demi sedikit
gangguan penglihatan klien teratasi, dengan kriteria :
-
Klien bisa membaca lagi
Penglihatan
Jelas
|
Kaji kemampuan penglihatan, dan jarak pandang klien.
Berikan penerangan yang cukup.
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama satu hari, ansietas berangsur-angsur
berkurang dengan criteria :
-
Klien dapat mengerti tentang penyakit yang dideritanya.
-
Wajah klien tampak tenang
Klien tidak
gelisah
|
Berikan penyuluhan tentang penyakit klien
Observasi tingkat kecemasan klien
|
- Implementasi
Disesuaikan dengan intervensi dan
keadaan umum klien.
- Evaluasi
Disesuaikan dengan tujuan yang telah
ditetapkan dengan menggunakan metode SOAP.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Hipermetropi atau rabun dekat adalah
cacat mata yang mengakibatkan seseorang tidak dapat melihat benda pada jarak
dekat.
2. Penyebab penyakit hipermetropi
yaitu,sumbu utama bola mata yang terlalu pendek, daya pembiasan bola mata yang
terlalu lemah, kelengkungan kornea dan lensa tidak adekuat, perubahan posisi
lensa.
3. Diameter anterior posterior bola
mata yang lebih pendek, kurvatura kornea dan lensa yang lebih lemah, dan
perubahan indeks refraktif menyebabkan sinar sejajar yang dating dari objek
terletak jauh tak terhingga di biaskan di belakang retina.
4. Komplikasi yang dapat terjadi adalah
esotropia dan glaucoma. Esotropia atau juling ke dalam terjadi akibat pasien
selamanya melakukan akomodasi.
B.
Saran
Mata merupakan
salah satu panca indera yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan
penglihatan merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan kualitas hidup
manusia. Tanpa mata, manusia mungkin tidak dapat melihat sama sekali apa yang
ada disekitarnya,
maka dari itu jagalah mata yang dimiliki oleh kita.
DAFTAR
PUSTAKA
http://layarkaca21indo.com/ >> situs kumpulan film bioskop terbaru dan terupdate
BalasHapushttp://minion99.org/ >> bagi yang lagi suntuk cocok banget !! ini situs streaming film bioskop terbaru
https://subtitlecinema.com/ >> situs kumpulan subtitle dari semua film terlengkap